Tuesday, December 22, 2009

BERDA'WAH DENGAN 'ILMU


SURAH YUSUF

قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِين ١٠٨

Terjemahan:

(108) Katakanlah: “Inilah jalan (agamaku), aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.

(Yusof 12:108)

Mukaddimah:

Maksud ayat di atas ialah:

Katakanlah wahai Rasul: Inilah dakwah yang sedang aku jalankan, inilah jalan yang aku ingin bawakan kamu sekalian kepadanya, iaitu kepada menTauhidkan Allah dan ikhlas beribadah hanya kepadaNya, bukan kepada berhala dan bukan pula kepada selain Allah. Inilah sunnahku dan inilah perjalananku. Dan saya sungguh yakin dengan apa yang saya serukan dan dakwahkan ini, dan saya mempunyai hujjah dan bukti ke atas setiap apa yang saya katakan. Malahan ini bukan saja jalanku, tetapi juga jalan orang-orang yang mengikutiku dan beriman kepadaku.

Dari ayat di atas ada dua perkara penting yang dapat kita simpulkan:

1. Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam) dan pengikutnya mestilah berdakwah atau mengajak umat manusia kepada (mentauhidkan) Allah.

2. Dalam menjalankan tugas dakwah tersebut mereka mestilah ‘alaa bashirah iaitu dengan ilmu dan hujjah yang nyata.

TAFSIRAN :

Katakanlah: “Inilah jalan (agamaku), aku mengajak (kamu) kepada Allah.

Maksudnya: Dalam ayat ini Allah menyuruh Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam) agar memberitahu kepada umatnya bahwa perjalanan dakwah beliau ialah mengajak manusia kepada Allah.

Kata: “Ad’uu ilal Laah” iaitu mengajak kepada Allah, memberi gambaran bahwa jurudakwah (du’aat) ada dua jenis:

Mengajak manusia (berdakwah) kepada Allah.

Mengajak manusia (berdakwah) kepada selain Allah.

Mengajak manusia atau berdakwah kepada Allah maksudnya mengajak manusia dengan ikhlas agar mentauhidkan Allah dan mentaatiNya. Dan yang menjadi ukuran dakwahnya ialah untuk menyampaikan kepada manusia kepada apa yang dikehendaki oleh Allah.

Juru dakwah yang mengajak manusia kepada Allah dengan ikhlas tidak akan mudah putus asa dan tidak akan meninggalkan kerja dakwahnya jika ia melihat manusia lari dari dakwahnya.Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) bersabda kepada Saidina Ali (ra):

فَوَاللهِ لَئِنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النِّعَمْ

Artinya: Demi Allah, sekiranya seorang yang mendapat hidayah Allah karena engkau adalah lebih baik daripada onta merah.

[HR Bukhari]

Keterangan: Onta merah adalah harta yang sangat bernilai di kalangan orang-orang Arab pada zaman silam.

Juru dakwah kepada Allah yang ikhlas tidak akan lekas marah kalau dakwahnya hanya diterima oleh segelintir manusia. Dan kalaupun ia terpaksa marah, itupun disebabkan AL-HAQ atau kebenaran yang disampaikan tidak diikuti, bukan karena dirinya tidak diikuti. Baginya sudah mencukupi walaupun yang menerima ajarannya hanya seorang saja, malahan kalau dakwahnya kepada Allah itu tidak diikuti oleh seorangpun juga sudah memadai.

Yang penting, juru dakwah mestilah berdakwah atau mengajak manusia kepada Al-Haq (Kebenaran) dan memberi peringatan kepada mereka daripada terjerumus kepada kebatilan.Supaya dengan demikian manusia dapat membedakan dengan jelas mana yang HAQ dan mana yang BATIL.

Kerja dakwah seperti ini sangat penting karena sudah menjadi tabiat manusia, jika kebenaran dan kebatilan tidak didedahkan niscaya lama-kelamaan hakekat sesuatu akan menjadi terbalik, yang haq akan dipandang sebagai batil dan yang batil pula akan dipandang sebagai haq. Inilah pengertian dakwah kepada Allah.

Adapun dakwah bukan kepada Allah, sungguh banyak cabangnya. Antara lain: berdakwah dan mengajak manusia kepada dirinya sendiri; berdakwah dengan tujuan agar orang ramai tunduk dengan kehendaknya; berdakwah agar masyarakat memandang hormat dan menyanjungnya; berdakwah dengan tujuan untuk mendapat populariti; berdakwah agar masyarakat patuh kepada ketuanya atau pemimpinnya; berdakwah agar dirinya mendapat tempat di hati pemimpin tertentu dan lain-lain contoh lagi.

Oleh itu, juru dakwah jenis ini jika mendapati orang yang didakwahnya tidak melaksanakan apa yang disuruhnya, dia akan lekas marah dan putus asa.

Aku dan pengikut-pengikutku mengajak kamu dengan hujjah yang nyata.

Maksudnya: Berdakwah atau mengajak kamu (umat) kepada Allah bukan hanya sunnah atau perjalananku, tetapi juga perjalanan pengikut-pengikutku (muslimun). Dan ciri-ciri khas dakwahku dan dakwah pengikut-pengikutku kepada Allah adalah berasaskan hujjah yang nyata (ilmu), bukan berasaskan taklid buta atau khurafat yang tidak berasaskan hujjah yang kokoh.

Yang dimaksudkan dengan “alaa bashiirah” dalam ayat di atas ialah berasaskan ILMU. Jadi dakwaan kepada Allah mestilah berasaskan IKHLAS dan ILMU. Faktor yang paling banyak menentukan kegagalan suatu dakwah ialah karena ketiadaan ikhlas (‘adamul ikhlas) dan ketiadaan ilmu (‘adamul ‘ilmi).

Dan yang dimaksudkan dengan ILMU di sini bukan terbatas hanya kepada ilmu-ilmu syara’ (ilmu agama) tetapi termasuk juga ilmu tentang keadaan orang yang akan didakwah, uslub dakwah (methodologi), psykologi (ilmu kejiwaan), sosiologi (ilmu kemasyarakatan) dan lain-lain lagi.

Atas sebab inilah maka Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) bersabda kepada Mu’az Bin Jabal ketika beliau akan diutus ke Yaman:

إنَّكَ تُأْتِيْ قَوْمًا أهْلَ كِتَاب

Artinya: …sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum yakni Ahli Kitab.

Jadi faktor utama untuk kejayaan suatu dakwah, selain juru dakwah mestilah memiliki selok-belok ilmu syara’ juga dia mestilah mempunyai ilmu yang berkaitan dengan orang yang menjadi sasaran dakwahnya. Pendekatannya tidak sama antara seorang individu dengan individu yang lain atau antara suatu puak dengan puak yang lain.

Ada manusia yang didekati dengan cara lemah-lembut, ada yang sesuai didekati dengan nasehat, dan ada pula yang sesuai didekati dengan cara diskusi. Oleh itu dalam kitab sirah Rasul kita dapati Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) memperbagai cara beliau dalam berdakwah, tidak hanya dalam satu bentuk atau cara. Inilah yang diisyaratkan oleh Allah SWT.

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

(An-Nahl 16:125)

Oleh itu, orang yang jahil tidak layak untuk berdakwah.Apakah jahil dalam selok-belok ilmu syara’ ataupun jahil terhadap kondisi (keadaan) orang yang akan didakwahnya. Karena dakwah yang dilakukan oleh orang jahil biasanya keburukannya lebih besar daripada kebaikannya.

Kesimpulan:

1. Umat Muhammad adalah Umat Dakwah. Mereka hendaklah berdakwah dan menyeru umat ke jalan Allah sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

2. “Berdakwah kepada Allah” maksudnya mangajak manusia agar mematuhi Allah atau membawa mereka kepada apa yang dikehendaki oleh Allah SWT.

3. Juru dakwah yang berdakwah kepada Allah tidak lekas putus asa dan tidak lekas marah jika dakwahnya tidak mendapat sambutan yang menggalakkan. Yang penting baginya ialah Al-Haq (kebenaran) mestilah disampaikan.

4. Berdakwah kepada Allah mestilah ikhlas dan berilmu. Dan ilmu yang dimaksudkan untuk kejayaan suatu dakwah mencakupi ilmu syara’ dan ilmu tentang keadaan orang yang akan didakwah. Tanpa ilmu-ilmu tersebut tujuan dakwah tidak mungkin akan tercapai dengan baik.


No comments:

Post a Comment